Kamis, 04 November 2010

BERHENTILAH MENJADI GELAS

Seorang guru sufi mendatangi seorang muritnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

“Kenapa kau selalu murung nak? Bukankah banyak hal indah didunia ini? Kemana wajah bersyukurmu?” sang Guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah dating seperti tidak ada habis-habisnya.” jawab sang murid muda.

Sang guru tekekeh. “nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan perintah guruhya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan kegelas air itu,” kata Sang Guru.”setelah itu coba kamu minum airnya sedikit.” Si murid pun melakukannya. Wajahnya meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” Tanya Sang Guru.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke danau dekat  tempat mereka. “ambil garam yang tersisa dan tebarkan ke danau.”

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin dimulutnya yang belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah dihadapan mursyid 

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat dipinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya kemulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tengorokannya. Sang Guru bertanya kepadanya, “bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa dimulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar